Sabtu, 14 September 2013

laporan praktikum plasmolisis


PRAKTIKUM I

Topik               : Plasmolisis
Tujuan             : Mengamati proses terjadinya plasmolisis pada sel bawang merah   (Allium cepa) dan sel Rhoe discolor
Hari/ tanggal   : Rabu, 26 September 2007
Tempat            : Laboratorium Biologi FKIP UNLAM Banjarmasin
 


I. ALAT DAN BAHAN:
a.       Alat:
-          Mikroskop cahaya                        - Baki
-          Gelas objek                                   - Tissue
-          Gelas penutup                              - Jarum pentul
-          Pisau silet
-          Pinset
-          Cawan petri
b.      Bahan:
-          Allium cepa
-          Daun Rhoe discolor
-          Larutan KI
-          Lerutan sukrosa: 0,05 M ; 0,10 M ; 0,15 M ; 0,20 M; 0,25 M ; 0,30 M ; 0,35 M; 0,40 M; 0,45 M; 0,50 M

II. CARA KERJA

1.      Mengupas selapis umbi bawang merah.
2.      Memasukkan ke dalam larutan sukrosa masing-masing konsentrasi, selama 30 menit.
3.      Mengamati di bawah mikroskop setelah diberi larutan KI (pewarna), paling sedikit mengandung 25 buah sel yang berwarna.
4.      Mencatat dan menggambarkan perubahan yang terjadi pada sel umbi lapis bawang merah.
5.      Mencari konsentrasi sukrosa dimana 50% dari jumlah sel epidermis tersebut telah berplasmolisis. Keadaan ini disebut insipien plasmolisis. Sel pada keadaan ini memiliki potensial osmotik (PO) sama dengan PO larutan yang digunakan.
Untuk pengamatan terhadap daun Rhoe discolor.
6.      Membuat sayatan tipis daun, selanjutnya mengikuti langkah 2 sampai dengan langkah 5.
7.      Menentukan nilai potensial osmotik sel pada insipien plasmolisis dengan mengacu pada tabel 1.

III. TEORI DASAR
Pada umumnya membran pada organisme hidup bersifat semi permeabel (selektif permeabel) yang berarti hanya molekul-molekul tertentu yang dapat melewatinya. Cairan sel biasanya hipertonik (potensial air tinggi), dan cairan di luar sel bersifat hipotonik (potensial air rendah), sehingga cairan akan mengalir masuk ke dalam sel antara kedua cairan isotonis.
Jika sel tumbuhan misalnya Spirogyra sp dilarutkan dalam air/ larutan yang hipertonik terhadap sitosol sel tersebut maka air yang berada dalam vakoula merembes keluar dari membran sel. Akhirnya protoplasma mengerut dan terlepas dari dinding sel. Peristiwa ini disebut plasmolisis. Keadaan ini dapat kembali kekeadaan semula apabila keadaan sel tersebut diganti dengan larutan yang hipertonik (lebih encer dari larutan sel) dan peristiwa ini dikenal dengan dengan deplasmolisis.
Plasmolisis merupakan peristiwa terlepasnya plasma dari dinding sel, disebabkan air dari vakoula tertarik keluar oleh larutan disekitarnya yang bersifat hipertonis. Tekanan osmotik merupakan kemampuan sel menyerap air dari lingkungannya. Potensial larutan senantiasa negatif dan ekuivalen dengan tekanan osmotik yang sebenarnya bernilai positif.



IV. HASIL PENGAMATAN
1.        Umbi Allium cepa (perbesaran 10 x  10)
1.      Konsentrasi 0,05
Keterangan:
1.       Dinding sel
2.       Sitoplasma
3.       Membran sel
4.   Sel berplasmolisis sebanyak
  8 %
5.   Sel tidak berplasmolisis
2.      Konsentrasi 0,10
Keterangan:
1.       Dinding sel
2.       Sitoplasma
3.       Membran sel
4.   Sel berplasmolisis sebanyak
  10 %
5.   Sel tidak berplasmolisis
3.      Konsentrasi 0,15
Keterangan:
1.       Dinding sel
2.       Sitoplasma
3.       Membran sel
4.   Sel berplasmolisis sebanyak
  15 %
5.   Sel tidak berplasmolisis
4.      Konsentrasi 0,20
Keterangan:
1.       Dinding sel
2.       Sitoplasma
3.      

4.       Sel berplasmolisis sebanyak 20 %
5.       Sel tidak berplasmolisis
 
Membran sel
5.       Konsentrasi 0,25
Keterangan:
1.       Dinding sel
2.       Sitoplasma
3.       Membran sel
4.   Sel berplasmolisis sebanyak
  20 %
5.    Sel tidak berplasmolisis
6.      Konsentrasi 0,30
Keterangan:
1.       Dinding sel
2.       Sitoplasma
3.       Membran sel
4.   Sel berplasmolisis sebanyak
  40 %
5.    Sel tidak berplasmolisis
7.      Konsentrasi 0,35
Keterangan:
1.       Dinding sel
2.       Sitoplasma
3.       Membran sel
4.   Sel berplasmolisis sebanyak
  68 %
5.   Sel tidak berplasmolisis
8.      Konsentrasi 0,40
Keterangan:
1.       Dinding sel
2.       Sitoplasma
3.       Membran sel
4.   Sel berplasmolisis sebanyak

5.   Sel tidak berplasmolisis
 
  75 %
9.      Konsentrasi 0,45
Keterangan:
1.       Dinding sel
2.       Sitoplasma
3.       Membran sel
4.   Sel berplasmolisis sebanyak
  85 %
5.    Sel tidak berplasmolisis
10. Konsentrasi 0,50
Keterangan:
1.       Dinding sel
2.       Sitoplasma
3.       Membran sel
4.   Sel berplasmolisis sebanyak
  100 %


2.        Daun Rhoe discolor (perbesaran 10 x 10)
1.      Konsentrasi 0,05
Keterangan:
1.       Dinding sel
2.       Sitoplasma
3.       Membran sel
4.   Sel berplasmolisis sebanyak
  10 %
5.   Sel tidak berplasmolisis
2.      Konsentrasi 0,10
Keterangan:
1.       Dinding sel
2.       Sitoplasma
3.      

4.   Sel berplasmolisis sebanyak 10 %
5.   Sel tidak berplasmolisis
 
Membran sel
3.      Konsentrasi 0,15
Keterangan:
1.       Dinding sel
2.       Sitoplasma
3.       Membran sel
4.   Sel berplasmolisis sebanyak
  20 %
5.   Sel tidak berplasmolisis
4.      Konsentrasi 0,20
Keterangan:
1.       Dinding sel
2.       Sitoplasma
3.       Membran sel
4.   Sel berplasmolisis sebanyak
  20 %
5.   Sel tidak berplasmolisis
5.   Konsentrasi 0,25
Keterangan:
1.      Dinding sel
2.      Sitoplasma
3.      Membran sel
4.   Sel berplasmolisis sebanyak
  30 %
5.   Sel tidak berplasmolisis
6.       Konsentrasi 0,30
Keterangan:
1.   Dinding sel
2.   Sitoplasma
3.   Membran sel
4.   Sel berplasmolisis sebanyak

5.   Sel tidak berplasmolisis
 
30 %
7.       Konsentrasi 0,35
Keterangan:
1.   Dinding sel
2.   Sitoplasma
3.   Membran sel
4.   Sel berplasmolisis sebanyak
                                                                           70 %
5.   Sel tidak berplasmolisis
  1. Konsentrasi 0,40
Keterangan:
1.   Dinding sel
2.   Sitoplasma
3.   Membran sel
4.   Sel berplasmolisis sebanyak
      75 %
5.   Sel tidak berplasmolisis
9.       Konsentrasi 0,45
Keterangan:
1.   Dinding sel
2.   Sitoplasma
3.   Membran sel
4.   Sel berplasmolisis sebanyak
      85 %
5.   Sel tidak berplasmolisis
10.   Konsentrasi 0,50
Keterangan:
1.   Dinding sel
2.   Sitoplasma
3.   Membran sel
4.   Sel berplasmolisis sebanyak
  100 %
Persentasi jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada masing-masing konsentrasi:
Konsentrasi
Umbi bawang merah (Allium cepa)
Daun Rhoe discolor
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
0,40
0,45
0,50
8 %
10 %
15 %
20 %
20 %
40 %
75 %
85 %
100 %
100 %
10 %
10 %
20 %
20 %
30 %
30 %
70 %
75 %
85 %
100 %

Perhitungan jumlah persentasi dengan rumus:
Jumlah sel yang mengalami plasmolisis
% =                                                                               x 100 %
Jumlah sel keseluruhan

V. ANALISIS DATA
A.    Pengamatan pada bawang merah (Allium cepa).
Berdasarkan hasil pengamatan pada sayatan umbi bawang merah yang direndam selama 30 menit pada larutan sukrosa maka diperoleh hasil pada semua perlakuan dengan konsentrasi berbeda didapatkan semua sel pada umbi bawang merah mengalami plasmolisis walaupun dengan presentasi yang berbeda-beda. Mulai dari larutan yang konsentrasinya terendah (0,05 M) sampai yang tertinggi (0,50 M) hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan kadar konsentrasi larutan sukrosa yang diberikan pada tiap-tiap bahan. Pada larutan sukrosa terendah yakni 0,05 ternyata sel epidermis yang mengalami plasmolisis sedikit yaitu hanya 8 % dibandingkan dengan konsentrasi lainnya yang lebih tinggi. Untuk konsentrasi larutan 0,10 sel yang berplasmolisis sekitar 15 %, konsentrasi 0,15 dan 0,20 sel yang berplasmolisis sama yaitu sekitar 20 %. Kemudian pada konsentrasi 0,30, 0,35, 0,40, 0,45 sel yang berplasmolisis terjadi secara berurutan yaitu 40 %, 68 %, 75 %, dan 85 %.  Pada konsentrasi yang tertinggi yaitu 0,50 M ternyata semua sel mengalami plasmolisis, hal ini mungkin berkaitan dengan lamanya waktu perendaman dan perbedaan konsentrasi. Pada konsentrasi yang lebih tinggi warna sel yang berplasmolisis menjadi lebih pucat hal ini terjadi karena sitoplasma yang mempunyai kemampuan untuk menyerap zat warna semakin sedikit namun pada konsentrasi yang lebih tinggi lagi justru warnanya semakin terang hal ini terjadi karena sitoplasma yang berkerut semakin sedikit jadi zat warna yang ada diserap oleh sel yang sedikit itu.
Sel bawang merah pada semua perlakuan mengalami insipien plasmolisis karena lebih dari 50 % dari jumlah sel epidermis yang terlihat telah berplasmolisis sehingga dapat ditentukan potensial osmotiknya (PO) yaitu sama dengan PO larutan yang digunakan (lihat tabel 1).

B.     Pengamatan pada daun Rhoe discolor.
Berdasarkan pengamatan pada sayatan tipis daun Rhoe discolor yang juga mengalami perlakuan dengan waktu sama tetapi konsentrasi yang berbeda ternyata hasil yang di dapatkan sama seperti pada umbi bawang merah yaitu sel epidermis mengalami plasmolisis dengan jumlah sel lebih dari 50 % dari jumlah sel yang terlihat. Maksudnya sama disini bahwa dari kadar konsentrasi larutan yang terendah yakni mulai dari 0,05 sel yang berplasmolisis hanya sedikit sampai yang tertinggi yaitu 0,50 yang sel-selnya berplasmolisis semua. Pada pengamatan dan percobaan terhadap bahan ini terdapat banyak persentasi yang sama pada beberapa larutan yang berebda konsentrasi. Yaitu pada konsentrasi 0,05 dan 0,10 sel yang berplasmolisis sekitar 10 %, konsentrasi 0,15 dan 0,20 sel yang berplasmolisis mencapai 20 %. Dan untuk konsentrasi 0,20, 0,25, 0,30 masing-masing mempunyai konsentrasi yang juga sama yaitu 30 %. Hal ini mungkin saja disebabkan pada waktu percobaan larutan yang dicampurkan ke bahan terlalu sedikit ataupun juga pada waktu pengamatan kurang terlalu diperhatikan yang bisa saja kesalahan-kesalahan kecil pun terjadi. Tetapi untuk konsentrasi 0,35, 0,40, 0,45 sel yang berplasmolisis tidak sama yaitu 70 %, 75 %, dan 85 %. Untuk potensial osmotiknya juga sama dengan potensial osmotik (PO) larutan (lihat tabel 1).
Pada proses plasmolisis terjadi dua peristiwa yaitu difusi dan osmosis. Difusi dialami oleh larutan sukrosa yaitu perpindahan molekul terlarut dari konsentrasi tinggi ke rendah (sitoplasma), sedangkan osmosis yaitu perpindahan molekul air dari konsentrasi tinggi ke rendah. Potensial osmotik untuk kedua perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Konsentrasi sukrosa
Nilai PO
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
0,40
0,45
0,50
-1,3
-2,6
-4,0
-5,3
-6,7
-8,1
-9,6
-11,1
-12,7
-14,3
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan maka nilai PO akan semakin rendah. Potensial osmotik dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1.        Konsentrasi zat terlarut. Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut maka semakin rendah potensial osmotiknya.
2.        Ionisasi molekul zat terlarut berhubungan dengan garam-garam yang dipakai.
3.        Hidrasi molekul zat terlarut berhubungan dengan pengairan.





VI. KESIMPULAN
1.      Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya plasma dari dinding sel.
2.      Plasmolisis terjadi karena air dari vakoula tertarik keluar oleh cairan disekitarnya yang bersifat hipertonis.
3.      Besarnya potensial osmotik bawang merah (Allium cepa) dan daun Rhoe discolor sama dengan PO larutan sukrosa yang digunakan sehingga diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan maka potensial osmotik semakin rendah.

VII.  DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. D. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia Pustaka

Hayani, Noor Ichsan, dkk. 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Banjarmasin : PMIPA FKIP UNLAM

Kimball, J.W. 2000. Biologi. Jakarta : Erlangga

Sasmitahardja, Dradjat, dkk. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : Depdikbud















Tidak ada komentar:

Posting Komentar